Di blog ini saya akan menjelaskan salah satu tempat di Semarang yang penataan ruangnya sangat mempesona. Banyak mata akan terpukau melihat arsitektur dan penataan ruang bangunan ini, yaitu Lawang Sewu

LAWANG SEWU - BANGUNAN DENGAN SEJUTA MISTERI

Sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan keberadaannya telah ada jaman penjajahan Belanda. Sampai saat ini pun masih memiliki banyak bangunan-bangunan bergaya arsitektur masa kolonial yaitu di Kawasan Kota Lama Semarang yang diberi julukan "Oude Staad - Belanda Kecil"

1. Arsitek
Saat itu arsitel yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain adalah Ir P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain Spooweg Maatschappij yang dibuat Februari 1902, Lengtedoorsnede bulan September 1902 dan Voorgevel Langevlenel yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut  dibuat di Amsterdam. Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu belum dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di Delft dan Bj Oudang untuk membangun gegung NIS di Semarang dengan mengacu arsitektur gaya Belanda

2. Tahun Dibangun
Tahun 1863-1877 yang terbangun hanya sebagian saja dan belum resmi digunakan
Tahun 1908-1913 pembangunan secara intensif. Resmi digunakan 1 Juli 1907

3. Fungsi Bangunan
Semula lawang sewu milik NV NIS yang merupakan cikal bakal perkeretaapian di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka Lawang Sewu dipakai sebagai kantor perkeretaapiian milik Indonesia yaitu PJKA. Lalu tahun 1949 digunakan sebagai kantor admnistrasi KODAM IV DIIPONEGORO. Tahun 1994 disewa oleh PT Binangun Artha Perkasa (BAP) dan Perumka DAOP IV Semarang dalam perjanjian Memorandum of Understanding. Setelah itu Lawang Sewu kemudian ditempati oleh Departemen Perhubungan namun karena pajak yang tinggi akhirnya dijual ke pihak swasta.

4. Latar Belakang Sejarah
Kota Semarang merupakan salah satu kota bekas peninggalan zaman kolonial. Salah satunya Lawang Sewu yang berada di tengah kota. Dimana dalam perkembangan bentuk bangunannya tidak dapat dipisahkan dari perkembangan bentuk bangunan Eropa pada masa lalu, meskipun dalam penerapan gayanya tidak sesempurna di Eropa. Bangunan bersejarah tersebut merupakan salah satu "tetenger" Kota Semarang di daerah Tugu Muda dan berperan dalam membetuk citra lingkungan setempat. Dijuluki Lawang Sewu (pintu seribu) karena memiliki begitu banyak pintu serta busur-busur yang mengesankan rongga. Juga merupakan salah satu saksi bisu dari sejarah Kota Semarang. Namun Lawang Sewu bukan hanya terkait dengan peristiwa heroin pertempuran lima hari di Semarang namun juga menjadi sejarah perkeretaapian di Indonesia.

5. Konsep Perancangan
Lawang Sewu, satu diantara sedikit bangunan yang mempunyai integritas arsitektur yang kuat perpaduan antara pengaruh luar dengan keunikan lokal yang kental dan tanggap terhadap lingkungan sekitar. Dari segi tampilannya, Lawang Sewu menganut gaya Romanesque Revival yaitu memiliki elemen arsitektural yang berbentuk lengkung sederhana dan dirancang dengan pendekatan iklim setempat. Menara pada gedung ini diilhami oleh bentuk bangunan sudut kota Eropa jaman abad pertengahan. Secara umum Lawang Sewu tidak memiliki simbol yang penting namun mampu tampil sebagai "landmark" Kota Semarang. Keseluruhan gedung ini merupakan karya yang sangat indah sehingga dijuluki "Mutiara dari Semarang."

6. Lansekap & Tata Bangunan

Kompleks Gedung Lawang Sewu terdiri atas dua masaan bangunan utama. Di sebelah barat berbentuk "l" dengan pertemuan kakinya menghadap Tugu Muda dan di sebelah timur merupakan massa linier membujur dari barat ke timur. Semua bangunan pada Lawang Sewu berlantai dua. Gedung Lawang Sewu terletak pada tanah relatif datar dengan view utama bunderan Tugu Muda di luarnya dan lapangan upacara di dalamnya. Penggunaan vegetasi yang ada berfungsi untuk mereduksi debu dan polusi yang ada. Lawang Sewu sangat relevan dan layak untuk daerah yang memiliki iklim tropis yang memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau.Akibat dari musim hujan maka bentuk atap yang digunakan adalah atap perisai dengan sudut kemiringan 45 derajat sehingga air hujan dengan cepat turun ke bawah.
Interior & Tata Ruang Dalam:
- Pada daerah pintu masuk diapit oleh dua menara yang pada bagian atasnya membentuk "topola" persegi delapan berbentuk kubah. Bukaan pada pintu masuk merupakan pintu berdaun ganda dengan panel tebal dan kedap yang terbuat dari kayu. Di atas pintu terdapat bukaan untuk boventlicht. Jendela dengan ambang atas berbentuk lengkung dan ambang bawahnya tidak disanggah. Tipe jendela yang digunakan adalah jendela ganda dengan krepyak berfungsi  untuk memaksimalkan udara yang masuk dalam ruangan.
- Untuk lantai bangunan dilapisi marmer coklat dan hitam serta keramik putih kusam yang menghubungkan ruang satu dengan ruang lain
- Pola sirkulasi di dalam ruang adalah sirkulasi linier dengan pintu berdimensi lebar dengan penataan ruang berpola grid
- Di bagian tengah ruangan terdapat tangga naik menuju lantai dua yang terbuat dari beton dan dilapisi tegel warna abu abu.

7. Sistem Struktur
• Pondasi
Pondasi yang digunakan pada gedung ini adalah pondasi setempat yang terbuat dari beton yang ditanam sedalam 125 cm dari muka tanah asli. Sedangkan di sekeliling bangunan diberi pondasi batu kali. Di bawah pondasi diberi lantai kerja setebal 50 cm. Pondasi beton yang digunakan diprediksikan masih belum menggunakan tulangan karena dimensi lantai kerja yang digunakan hampir di seluruh luasan bangunan relatif sangat tebal. Tetapi bila dilihat dari konstruksi kuda-kuda yang digunakan pada gedung ini sudah diterapkan bahan dari baja.
• Kolom
Dilihat dari dimensi kolom yang digunakan pada gedung ini yang relatif tebal, maka dapat diprediksikan masih belum menggunakan tulangan melainkan hanya terbuat dari batu bata yang disusun dalam sistem pasangan dua bata dengan ukuran 60x80 cm.
• Balok
Menggunakan baja profil tipe “I” yang dipasang melintang, sedangkan pada arah memanjang terdapat pula balok yang terbuat dari kayu.
• Dinding
Ada 2 jenis dinding yang digunakan yaitu dinding pemikul dan dinding masif. Pada dinding bagian luar yang berhubungan langsung dengan beban kuda-kuda dimensinya lebih besar daripada dinding yang ada di bagian dalam yang hanya berfungsi sebagai dinding pemisah antar ruangan.
• Kuda-kuda
Kuda-kuda yang digunakan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kuda-kuda baja dan kuda-kuda kayu. Secara garis besar gedung ini terbagi atas dua bentuk massa bangunan yaitu massa bangunan yang berbentuk “L” dan massa bangunan yang berbentuk “I”. Pada massa bangunan yang berbentuk “L” sudah menggunakan kuda-kuda dari baja. Sedangkan pada massa bangunan yang berbentuk ‘I” masih menggunakan kuda-kuda dari kayu model kuda-kuda gantung, tipe kuda-kuda Belanda. Atap yang digunakan adalah limasan dengan majemuk yang ditutup dengan genteng, dengan sudut kemiringan atap kurang lebih 45ยบ.

8. Sistem Utilitas
• Air Bersih
Air bersih diperoleh / diambil dari sumur besar di luar site yang langsung di pompa menuju tandon yang berada di atas bangunan menara kembar kemudian baru disalurkan ke seluruh bangunan (sistem down feet).
• Air Kotor
Air kotor langsung disalurkan keselokan yang ada di sekitar site sehingga tidak menggunakan tempat penampungan atau bak kontrol dimana air tersebut dialirkan melalui pipa yang ditanam di dalam tanah.
• Air Hujan
Saluran air hujan dari atap di tampung pada talang terbuka dengan ukuran lebar ± 40 cm kemudian disalurkan melalui pipa tertutup ke bawah tanah yang berada di basement yang kemudian air tersebut dipergunakan kembali setelah diproses. Sedangkan pada tiap-tiap lantai di bagian selasar diberikan aliran-aliran dari beton untuk menampung air hujan yang kemudian dibuang ke bawah tanah melalui selokan terbuka dari beton dengan ukuran lebar 40 cm. Untuk drainase air hujan pada bagian ruang luar umumnya menggunakan peresapan setempat walaupun ada juga selokan-selokan kecil terbuka yang digunakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari atap melalui talang yang ada. Salah satu hal yang menarik dari gedung ini ialah adanya saluran penangkal banjir yang dapat terlihat dengan jelas.
• Mekanikal
Instalasi listrik diperoleh dari PLN yang disalurkan melalui gardu induk kemudian selanjutnya disalurkan ke masing-masing massa bangunan. Jaringan kabel dibiarkan kelihatan atau tidak ditanam ke dalam tembok melainkan di tempel di balok dan kolom bangunan. FISIKA BANGUNAN Pada musim kemarau pada daerah yang beriklim tropis, panas matahari kadang berlebihan sehingga menimbulkan hawa panas pada suatu ruangan. Bukaan-bukaan pada gedung Lawang Sewu dibuat cukup lebar dikarenakan ruangan-ruangan yang ada di dalamnya cukup luas. Sistem pencahayaan yang digunakan pada gedung ini terdapat 2 macam, yaitu pencahayaan alami dari jendela-jendela dan boventlicht yang terdapat pada setiap ruangan sedangkan yang kedua adalah pencahayaan buatan yaitu instalasi listrik dari PLN. Pemanfaatan pencahayaan alami pada gedung ini sangat maksimal terbukti dengan banyaknya terdapat bukaan-bukaan (pintu, jendela, dan ventilasi) yang berukuran luas. Sedangkan untuk pencahayaan buatan digunakan lampu bohlam dan lampu neon dengan warna cahaya lampu putih sesuai dengan warna bangunan yang hampir semua berwarna putih untuk mengesankan formal sebagai bangunan perkantoran dan juga merupakan ciri khas bangunan arsitektur Belanda. Dalam hal pengaturan sirkulasi udara, sangat diperhatikan kondisi iklim setempat yaitu iklim tropis yang diwujudkan melalui penerapan prinsip ventilasi silang dan peninggian langit-langit. Pada beberapa tempat pada bubungan bangunan ini terdapat menara kecil yang berfungsi sebagai ventilasi sekaligus berfungsi sebagai estetika yang dapat menambah kesan keanggunan dari bangunan ini. (Sukawi, Sukawi (2004) ASPEK TROPIS PADA BANGUNAN KOLONIAL LAWANG SEWU SEMARANG. Jurnal Jurusan)

10 .Sistem Pendingin Ruangan
Di ruang bawah tanah yang luasnya seluas gedung tersebut terdapat beberapa ruangan yang cukup luas, dimana setiap ruangannya terdapat bak-bak penampungan air. Bak-bak tempat penampungan air tersebut diuapkan sebagai pendingin ruangan. Air yang ditampung dialirkan melalui pipa-pipa besi yang sekaligus berfungsi mendinginkan air. Pipa-pipa itu mengalirkan air ke ruangan di atas, dan melalui mekanisme yang cukup canggih, bahkan untuk ukuran sekarang, air itu disemprotkan ke dalam ruangan. Mekanisme yang bekerja mirip seperti semprotan baygon. Karena kelembaban/humidity yang sangat tinggi di daerah itu, maka air dingin itu langsung menjadi uap dingin yang akhirnya berfungsi mirip pendingin ruangan pada jaman sekarang.

Sumber: www.facebook.com/science of universe
Apa sih "Teknik Perencanaan Wilayah Kota" itu?

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota atau Teknik Planologi adalah ilmu yang mempelajari perencanaan suatu kota atau wilayah. Dalam bahasa yang lebih sederhana, Teknik PWK adalah ilmu tata kota. Berbeda dengan arsitektur, PWK tidak merancang detail bangunan per bangunan, tapi langsung merencanakan suatu kota atau wilayah (berbicara mengenai letak atau lokasi). Materi yang dipelajari tidak melulu mengenai keteknikan atau hitung-hitungan, namun juga mengenai sosial-budaya, sosial-ekonomi, kependudukan, teori-teori perencanaan kota dan wilayah, pemetaan, ilmu geografi dan geologi, statistika, software-software pendukung perencanaan (Sistem Informasi Geografis), teori-teori sosial, teori-teori hukum dan politik, kajian lingkungan, sistem transportasi, perumahan dan permukiman, serta ilmu komunikasi. Seperti lulusan fakultas teknik lainnya, lulusan Teknik PWK berhak menggunakan gelar Sarjana Teknik (S.T). Lulusan Teknik PWK bisa bekerja di konsultan-konsultan perencanaan atau di instansi-instansi pemerintah seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Daerah (Bappenas/Bappeda), Bakosurtanal (Badan Koordinator Survey Nasional), Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, Dinas Tata Kota atau menjadi penentu kebijakan/pemimpin daerah (walikota/bupati/gubernur/dsb.). Selain itu juga bisa bekerja menjadi dosen, pemerhati/pengamat kota, pengembang perumahan dan lain-lain. (www.wikipedia.com)